Sabtu, 20 Februari 2010

Karena Dia tak mau disekutukan

Jika kita mempunyai seorang kekasih kemudian melihat nya malah selingkuh tentu kita marah.Banyak pasangan Suami istri yang bertengkar gara gara persoalan selingkuh, bahkan Muda mudi pun seolah latah akan hal ini walaupun hubungan mereka ga jelas atas dasar apa . Kita yang bodoh,yang lemah dan hanya mahluk yang terbuat dari setetes air yg hina merasa punya hak marah jika kekasih kita mendua.Lalu bagaimana dengan Allah Sang Maha pencipta,yang menciptakan mahlukNya dengan sendirian kemudian di Dua(Sekutu)kan?.Inilah yang di maksud Syirik dalam Istilah agama,Lalu apa itu syirik ,apa itu musyrik?.
Syriik secara istilah adalah menyekutukan Allah , pelakunya disebut musyrik. Syirik terbagi menjadi dua yaitu Syirik Akbar dan Syirik Asghar.Syirik Akbar bisa menyeret pelakunya keluar dari islam bahkan bisa menghapus amalan,Sedangkan Syirik Ashgar adalah Riya(ingin ridho manusia).
Sesungguhnya riya adalah syirik yang kecil. (HR. Ahmad dan Al Hakim)
.Tetapi bukan pembagian itu yang hendak di jelaskan di sini secara mendetail.Melainkan apa saja yang termasuk syirik dan bahayanya.Syirik Akbar efeknya lebih berbahaya dari pada Riya.Tapi bukan berarti riya tidak bahaya.Baik mari kita simak ayat ini

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi".(Az-zumar:65)

"Dikemukakan oleh Al Baihaqi di dalam kitab Ad Dalil,yang bersumber dari Al Hasan Al Bashry yang berkata:Orang orang Musyrik berkata ,kepada Nabi SAW : Apakah kamu menggangap sesat nenek moyang mu,hai Muhammad?’.Maka Allah menUruKAn ayat "QUL AFAGHAIRALLAHI TAKMURUNII A’BUDU…………sampai ……MINASYSYAKIRIINA"(Juz.24,39/Az zumar ayat 64,65 dan 66),Berkenaan dengan peristiwa itu sebagai jawaban terhadapan pertanyaan mereka yang menegaskan bahwa sebelum nabi Muhammad saw telah di turunkan wahyu yang harus di taati .dan bagi orang orang yang menyekutukan Allah akan merugi selama lamanya".(Lubabun Nuqul fi Asbabun Nuzul,Imam Jalaludin As suyuti)

Orang orang Jahiliyyah dahulu ternyata mempercayai Allah juga ,buktinya nama mereka ada Abdullah.Bahkan dalam perjanjian Hudaybiyah mereka menawar permulaan kata perjanjian,yang tadinya Bismillahirrahmanirrahiim menjadi Bismika Allahumma karena hal itu tidak mereka kenal (Silahkan lihat di Sejarah Hidup Muhammad,karya M.Haeckal Buka Bab Hudaybiyyah).Tapi kenapa mereka di sebut jahiliyyah? Karena di samping mereka menyembah Allah mereka mereka juga menyembah yang lain,Sepeti patung Latta Uzza dan juga adat istiadat mereka yang Jahil.

Sungguh menyembah patung termasuk perbuatan syirik Akbar yang bisa menyeret pelakunya keluar dari islam.Begitu juga dengan menyembah Syetan yang mengajak ke Neraka dengan mengikuti perbuatan Siriknya.Yaitu Syetan dari golongan Jin dan Manusia.Adalah dari golongan jin mereka masuk melalui pesugihan,Wafak,ngepet,jimat dan sebagainya.Sedangkan dari golongan manusia mereka halalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan olehNya,kemudian manusia mengikutinya (Kisah ibnu Hatim yang brtanya kepada Nabi mengapa orang nasrani dikatakan menyembah Rahib rahib mereka,karena adi bin hatim merasa bahwa dia sewaktu nasrani tidak menyembah Rahib,HR tirmidzi)

Bahaya Syirik

1)Haram masuk surga
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. (al ma’idah:72)
"Sudah disebutkan di muka dalam surah ini iden-titas orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Almasih putra Maryam, bahwa orang yang berakidah demikian itu adalah kafir. Sekarang iden-titas itu diulang kembali, baik bagi orang yang me-ngatakan bahwa Allah sebagai salah satu oknum dari tigatuhan (Trinitas) maupun yang mengatakan bahwa Allah adalah Almasih putra Maryam (inkar-nasi), dengan menyebutkan kesaksian Isa alaihis-salam sendiri bahwa mereka adalah kafir".(Tafsir Fi zhilalil Qur’an,Sayyid Quthub)
2) Terhapus Amalan
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (Az-zumar:65)

Sebuah Nasehat

Hadis riwayat Abu Ayyub Al-Anshari ra.: Bahwa Seorang badui menawarkan diri kepada Rasulullah saw. dalam perjalanan untuk memegang tali kekang unta beliau. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah atau Ya Muhammad, beritahukan kepadaku apa yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka. Nabi saw. tidak segera menjawab. Beliau memandang para sahabat, seraya bersabda: Ia benar-benar mendapat petunjuk. Kemudian beliau bertanya kepada orang tersebut: Apa yang engkau tanyakan? Orang itu pun mengulangi perkataannya. Lalu Nabi saw. bersabda: Engkau beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. Sekarang, tinggalkanlah unta itu. (Shahih Muslim No.14)

Pilih sendiri jalan mu!!


Di dunia ini ada bermacam macam jalan.Ada jalan aspal,jalan setapak,jalan menanjak,bahkan adA jalan kaki.Tapi kita bukan itu yang dimaksudkan di sini.Melainkan jalan kehidupan seseorang yang akan ditempuhnya.Ada yang jadi kyai,ada yang jadi rampog,koruptor,ada juga yang ingin biasa biasa saja sampai akhir hidupnya .Baik engga buruk juga engga.

Ketika kita lahir kita dalam kondisi fitrah(Islam) suci bagaikan seputih kertas yang belum tercemar tinta hitam.Namun pendidikan yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan sekitar berpengaruh terhadap kondisi fitrahnya,yang menentukan apakah dia itu seorang yang lurus atau tidak
.Ketika dewasa kita pun memulai peran kita yang kita pilih…
وَتَقْوَاهَا فُجُورَهَا فَأَلْهَمَهَا
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,(QS:91:8)

Ya ,kita hanya diberi dua pilihan.Yang mana kita yang kita pilih ,berarti itu pula akhir hidup kita.Kecuali bila kita bertobat jika salah memilih jalan.Pernahkah kita dengar pemakai narkoba yang mati dalam keadaan overdosis,Pezina yang mati dalam pangkuan pelacur,Pencuri yang di bakar hidup hidup oleh masa.Atau pernahkah kita mendengar seorang alim yang meninggal dalam keadaan sedang berkhutbah,Seorang ahli ibadah yang mati dalam keadaan sedang bersujud,Seorang ulama salaf yang meninggal ketika di bacakan Al quran karena saking gemetarnya hatinya.
Simak baik baik Hadist ini,

“Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah saw. menghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang sebatang tongkat kecil. Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian beliau bersabda: Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia. Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah! Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal-usaha? Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara. Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara. Kemudian beliau membacakan ayat berikut ini: Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar”. (Shahih Muslim No.4786)

Kalau kita pada hari ini berfikir masih mau foya foya karena umur kita masih muda.Pikirkan lagi saudaraku.. sebab umur kita terlalu pendek untuk beramal.Dan tidak ada yang menjamin 5 menit,oh bukan bahkan satu detik kedepan pun Diri kita masih berada di dunia..
Yah tau tau banyak sandal di depan rumah di iringi tangisan,Kan konyol tuh kalu kita masih aja ga mau bener..

Maka ke manakah kamu akan pergi? (At takwir:21)

Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat. (HR. Ad-Dailami)

Masih mau nunggu tua.Ya orang tua bertobat itu wajar,kan kayak nya dah bentar lagi.Kalo kita masih muda terus mau berbuat tobat itu lebih utama..
Maka pilihlah jalan mu sendiri saudaraku!! Karena neraka itu azab yang pedih…
Bisa jadi amal kita pada hari ini malah cocok dikategorikan sebagi penghuni neraka dan tidak cukup untuk menggapai surga.na’udzubillah tsumma na’udzubillah.Wallahu a’lam bi showab.

Bantahan terhadap sekularisme

Sekularisme adalah suatu paham bahwa Agama adalah Ritual saja dan hal itu terlepas dari kehidupan sehari hari.Urusan masjid hanya ada di dalam masjid,Kehidupan sehari hari biar kami yang menentukan,begitulah orang orang sekuler berpendapat.Bagi mereka Agama adalah urusan masing masing dan orang lain tak usah ikut campur.Ini jelas hal yang konyol,mengingat kalau di tanya Pencipta mereka siapa pasti menjawab Allah(Bagi yg Islam),Nabi mereka siapa pasti menjawab Muhammad saw.Bukankah bila mencintai Allah harus mencintai RasulNya juga.

Ada seorang sekularis plus plularis -sebut saja "bunga"- yang ketika di sodorkan Ayat ayat Allah pada suatu masalah malah menjawab,"Agama itu urusan masing masing".Padahal dia mengaku Islam.Lalu kalau agama itu urusan masing masing ,lha nanti kalu dia meninggal yang nguburin mayatnya siapa?.Bukankah harus ada yang mengAdzankan,dan sebelum di kubur di shalatkan terlebih dahulu oleh orang Islam lainnya.Bukankah menyolatkan dan menguburkan itu termasuk urusan Agama,lalu kalo "masing masing",gimana itu….

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Qur'an) ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala (al anfaal:31)
Mari kita belajar dari Rasulullah.Ketika beliau mendapat wahyu beliau sampaikan kepada orang lain,dan beliau amalkan bersama orang lain juga.Begitu gigihnya beliau mengajak manusia ke JalanNya sampai harus di lempar dengan batu yang akibatnya wajah beliau berlumur darah ketika di Thaif.Begitu gigihnya beliau membela Dienul Islam sampai turut ikut berperang kemudian pipinya tertembus baju besi yang di pakainya.Beliau juga di kenal dengan Ahlak Alquran di kehidupan sehari harinya.Beliau mencontohkan islam itu tidak hanya di masjid saja action nya tapi di luar masjid juga.

Sebuah bantahan untuk mereka,bahwa,
1. Islam adalah agama yang menyeluruh di berbagai bidang kehidupan dan kita di perintahkan untuk memasukinya secara kaafah (menyeluruh)
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu".(2:208)
2.Agama itu tidak bisa dilaksanakan secara sendiri sendiri
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,….(3;103)
3.Islam itu masuk akal tapi tdak menuhankan akal,bagaimana ceritanya sesuatu yang terbatas(Manusia) bisa mengukur Yang Tidak terbatas(Allah).
Semoga hal ini bisa menjadi cermin bagi kita semua.Wallahu a’lam bi showab.

Belajar dari seekor kepiting


Allah swt telah menciptakan alam semesta ini dengan sebaik baiknya.Dari mulai hal yang terkecil sampai hal yang besar ,semua nya begitu teliti dan mendetail.Sebaik baik manusia adalah yang mentafakuri semua ciptaannya.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”(3;190),
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka(qs:3:191)

Seekor kepiting berjalan menyusuri pantai .Matanya lurus kedepan,karena memang kepiting tak bisa melirik kesamping.kepiting tak bisa berjalan ke depan layaknya manusia.Ia berjalan menyamping dengan mata yang lurus ke depan.Apa yang dilihatnya tak bisa didekatinya.malah semakin menjauh dan jauh.Allah swt Yang Maha Adil memberikan pelajaran bagi kita melalui kepiting… apakah ibrahnya saudarAku?mari kita tafakuri bersama.

Semua orang kalo ditawari masuk surga pasti jawabannya mau,walaupun ada saja yang segan mengatakannya secara langsung.Tak peduli dia mau manusia macam apa.apakah dia seorang preman,Dukun,Rampog,Pembantai,Penyiksa pembantu,pencuri,pezina.Ada pepatah konyol yang berbunyi``Kecil dimanja,muda foya foya,Tua kaya raya,mati masuk surga”.Enak amat ya .. kalo kaya gitu.tapi mustahil kayaKnya, lha wong rasulullah aja yang dah di jamin masuk surga,masih ada ujian di timpugin make batu ampe berdarah n harus nerima cacian dan sumpah serapah dari orang2 musyrikin wa munafikin pada waktu itu.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkata Rasul dan orang-orang beriman bersamanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah ? “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. 2 : 214).
Lha kita? Adakah yang menjamin kita masuk surga? Atau tepatnya pasti masuk surga?.Tapi kita berangan angan untuk terus hidup foya foya.Adakah kita merasa cukup dengan amalan yang sedikit ini.Sadarkah kita bahwa dalam shalat kita mengucap``Inna Shalati wanusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin” apa artinya itu??.Itu bentuk ucapan Penghambaan kita pada Allah.Bahwa hidup n mati kita hanya untukNya.Ckckckck,tErnyata kata kata itu begitu Berbobot tanpa kita sadari.
Sungguh jahil orang yang mengatakan,
Saya Ingin surga,tapi jarang shalat
Saya ingin surga,tapi ga pernah mengkaji al quran
Saya ingin surga,tapi menolak syariat Islam
Saya ingin syurga ,tapi doyan berbuat syirik&riya
Agama itu urusan masing masing…

Jangan jangan itulah yang dimaksud dengan manusia berkarakter kepiting.Bagaikan kepiting yang memandang lurus kedepan ,seperti manusia yang menyangka akhir hidupnya adalah surga.Bagaikan kepiting yang berjalan kesamping dan membuat apa yang di lihatnya malah semakin dijauhinya,seperti manusia yang menyangka akhir hidupnya adalah surga tetapi perbuatannya malah menjauhi surga
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya (al kahfi:103-104)

Tiadalah kamu beriman sehingga perilaku hawa nafsumu sesuai dengan tuntunan ajaran yang aku bawa. (HR. Ath-Thabrani)

Bermuhassabahlah kita wahai saudaraku…mudah mudahan Allah menjauhkan kita dari hal yang demikian.Wallahu a’lam bishowab.

Amalan yang paling benar


Al kisah, Fudhail bin iyadh Seorang ulama salaf yang sejaman dengan ibnul mubarok ,ketika ditanya oleh seseorang amalan apakah apakah yang paling benar? Beliau kemudian menjawab “Amalan yang ikhlas dan juga sesuai syariat”.
Saudara ku,pernah ga kita berpikir apakah amalan kita benar? Apakah shalat kita benar,puasa kita benar,cara makan kita benar ,cara berpakaian kita benar?.
Ya tentunya semua yang kita lakukan dalam rangka beribadah kepadanya harus benar.Eh ,tapi ikhlas ga nih??.Ya kedua duanya juga harus agar diterima di sisiNya sebagai Amal ibadah,tapi apa itu ikhlas dan apa itu sesuai syariat?mari kita bahas.

1) Ikhlas
Dalam Al qur’an terdapat surat al ikhlas yang artinya”Murni”.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…”(qs:Al bayyinah:5)
Jadi Ikhlas itu tujuan nya ya cuma Allah aja,ga usah macem macem bro.Melakukan karena Allah Aja,menjauhi Karena Allah.Emang sih kadang kadang ada aja tuh perasaan ingin di puji,di sanjung,di Segani dan diakui.Tapi Bismillah aja bro.. buang perasaan itu jauh jauh sebab bakalan membuat hati Kita berpenyakit.Bahkan seorang Ulama Besar pun ga ada jaminan untuk bisa selamat dari penyakit ini.
Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Barangsiapa memurkakan (membuat marah) Allah untuk meraih keridhaan manusia maka Allah murka kepadanya dan menjadikan orang yang semula meridhoinya menjadi murka kepadanya. Namun barangsiapa meridhokan Allah (meskipun) dalam kemurkaan manusia maka Allah akan meridhoinya dan meridhokan kepadanya orang yang pernah memurkainya, sehingga Allah memperindahnya, memperindah ucapannya dan perbuatannya dalam pandanganNya. (HR. Ath-Thabrani).

2) Sesuai Syariat
Rasulullah diutus sebagai suritauladan yang yang baik untuk umat manusia.Apalagi kita sebagai umat Islam wajib mencontoh beliau dalam hal ibadah maupun sehari hari,karena jika tidak, bukan tidak mungkin amalan yang kita lakukan tidak terima.
Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup ialah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan tiap bid'ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka. (HR. Muslim).
Dari mulai shalat,Puasa,zakat dsb.haruslah sesuai dengan apa yang di contohkan oleh rasulullah.Jika tidak maka di khawatirkan menjurus pada perbuatan bid’ah( membuat Sesuatu yang baru dalam hal ibadah).kita ga ngebahas bid’ah disini karena hal itu butuh pembahasan yang khusus.untuk pemahaman bid’ah lebih lanjut bisa baca Buku”sunah&bid’ah” karya yusuf al qordlowy.pada intinya bisa diambil kesimpulan dari artikel ini bahwa amalan yang benar itu memenuhi sekurang kurangnya memenuhi 3 syarat yaitu:
1.Ikhlas ,lawannya syirik
2.Ada perintah dari Allah dan RasulNya
3.i’tiba(Mengikuti) Rasulullah
Semoga kita semua termasuk orang orang yang beramal yang benar di sisi Allah.Wallahu alam bishowwab.

Hidup Di Zaman Sekarang

Zaman ibarat roda yang selalu berputar.Kadang berada di bawah dan kadang diatas.Dalam Alquran dijelaskan bahwa tiap tiap umat mempunyai ajalnya. fir’aun yang terkenal dan membuat para arkeolog terkagum kagum Karena pyramidnya ,sudah berakhir. Begitu pula dengan imperium romawi yang kuat kini sudah hancur.

Islam dimana pada hari ini sedang berada di "bawah"karena kepemimimpinan Se-Dunia nya sudah runtuh pada tahun 1924 oleh para kafirin wa munafiqin yang tidak senang jika islam ini menang. Hal ini membuat kaum muslimin pada saat ini terpecah belah secara kepemimpinan.Membuat masing masing daerah banyak terjajah secara fisik maupun nonfisik (Ideologi, bahkan ekonomi).Banyak usaha untuk mengembalikan ini di masing masing wilayah,akan tetapi banyak rintangan yang menghalang.Orang Islam yang ingin mengamalkan kan islam secara kaafah malah di anggap asing oleh orang islam sendiri.Benar kata apakata rasulullah saw:
Sesungguhnya bermula datangnya Islam dianggap asing (aneh) &akan datang kembali asing. Namun berbahagialah orang-orang asing itu. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud orang asing (aneh) itu?" Lalu Rasulullah menjawab, "Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan." (HR. Muslim)

Bukankah sekarang orang yang menutup auratnya di anggap kaku?,Orang yang shalatnya rajin dan sesuai rasulullah malah di anggap aneh bahkan orang yang menasehati demi kebaikan agama pun di anggap keras.Lalu apakah yang mereka anggap suatu kebenaran?Logika kah,Sungguh jahil kalo begitu.Itulah pikiran orang yang pinter kebelinger mereka tidak pernah berfikr bahwa islam itu masuk akal tapi tidak menuhankan akal.

Jika ditanya ,Apakah kalian percaya pada Allah? Mereka menjawab “ya kami percaya”.Tapi mengapa tidak menerima islam secara utuh,Pasti mereka menjawab dengan alasan yang di buat buat.

Bacalah,kita terkadang lupa bahwa Allah memberikan nikmat kepada kita melaui sifat Ar Rahman Nya tanpa setengah setengah,Atau dengan kata lain tak ada nikmat yang kita tolak darinya.Lalu kenapa tak mau islam itu menjadi pedoman hidup.Sungguh Islam mempunyai solusi didalam semua bidang baik politik,ekonomi,sosial,Budaya,ilmu,hukum dll.Kalau anda khawatir tak bisa mencapainya ketahuilah Allah pun melihat kemampuan kita.Tak ada ceritanya Anak SD di ujikan soal anak kuliah Jurusan Tehnik Nuklir.Sungguh jauh perbedaannya.

Sekarang maukah kita termasuk orang orang yang di anggap asing, yaitu orang2 yang melakukan Perbaikan?.Yang oleh Rasulullah di beritakan sebagai orang orang yang beruntung.Jika mau mari bersama sama mengembalikan kejayaan Islam Didunia dengan menjadikan diri kita sebagai muslim yang baik.Ikhlas kan diri,Carilah ilmu yang syari baik dunia maupun akhirat,ikutilah Kajian Al quran,Bacalah buku buku yang bermanfaat,DanPelajarilah sunnah juga tunjukan ahlak yang baik kepada sesama Muslim.Ada perkataan seseorang yang berbunyi,

Jika belum bisa memperbaiki Dunia
Maka perbaikilah Lingkungan sekitarmu
Jika belum bisa memperbaiki lingkungan sekitarmu
Maka perbaikilah keluarga mu
Jika Hal itu belum bisa juga kau lakukan
Maka perbaikilah dahulu dirimu sendiri
Karena kebaikan itu dimulai dari hal yang terkecil

Semoga bermanfaat untuk kita semua.Dan ingatlah tanpa kita Ataupun dengan kita islam akan bangkit kembali.Allah tak membutuhkan kita karena Dia memiliki sifat Qiyamuhu Bi nafsihi (Berdiri sendiri) yang mustahil bagi mahluk.Tapi kitalah yang membutuhkanNya.Tinggal kita memilih mau beruntung atau tidak.Wallahu a’lam bi showab.

Apa itu Riya

"Dari Amirul mu’minin Umar bin Al-Khotthob rodiallahu’anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya amalan-amalan itu berdasarkan niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena untuk menggapai dunia atau wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang hijrahi”. (HR. Al-Bukhari: 1).

"Allah berfirman “Aku adalah yang paling tidak butuh kepada syarikat, maka barangsiapa yang beramal suatu amalan untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut (juga) kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia untuk yang dia syarikatkan” (HR. Ibnu Majah 2/1405 no. 4202, dan ia adalah hadits yang shahih, sebagaimana perkataan Syaikh Abdul Malik Ar-Romadhoni, adapun lafal Imam Muslim (4/2289 no 2985) adalah, “aku tinggalkan dia dan ksyirikannya”).

Riya adalah salah satu penyakit batin yang paling berbahaya yaitu beramal karena manusia.Membuat pelakunya merasa senang karena di puji tapi berakibat fatal baginya di akhirat.Mari kta simak hadist ini,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ الله ُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda: “Pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat adalah seorang mati syahid, maka dihadapkan dan di tanya beberapa ni’mat Tuhan, setelah diakui ditanya: “Apa perbuatanmu terhadap ni’mat itu? Jawabnya: “Saya telah berjuang untuk-Mu sehingga mati syahid. Jawab Tuhan: “Dusta kamu, tetapi kamu berjuang supaya dikenal sebagai pahlawan dan keberanianmu. Dan telah dikenal demikian, kemudian diperintahkan diseret kedalam api neraka. Kedua, seorang pelajar yang telah pandai dan mengajar serta membaca Al-Quran, ketika dihadapkan ditanya tentang ni’mat-ni’mat Tuhan dan setelah mengakuinya ditanya: Apa perbuatanmu terhadap ni’mat itu? Jawabnya: “Saya telah mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Quran untuk-Mu. Jawab Tuhan: “Dusta kamu, tetapi kamu belajar supaya dikenal sebagai orang alim dan membaca supaya dikenal sebagai qori’. Dan telah dikenal demikian, kemudian diperintahkan diseret mukanya kedalam api neraka. Ketiga, seorang hartawan yang memiliki berbagai macam kekayaan, ketika dihadapkan ditanya berbagai ni’mat yang telah diberikan kepadanya, dan setelah mengakui ditanya, Apa yang kamu perbuat atasnya? Jawabnya: “Tiada suatu jalanpun yang Kau anjurkan membelanjai, melainkan sudah aku belanjai semata-mata untuk-Mu. Jawab Tuhan: “Dusta kamu, tetapi kamu berbuat supaya dikenal dermawan. Dan telah dikenal demikian, kemudian diperintahkan diseret mukanya dan dilempar kedalam api neraka. (HR. Muslim)

Contohnya Dalam Kehidupan

Sungguh benar sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya riya itu samar sehingga terkadang menimpa seseorang padahal ia menyangka bahwa ia telah melakukan yang sebaik-baiknya. Dikisahkan bahwasanya ada seseorang yang selalu sholat berjama’ah di shaf yang pertama, namun pada suatu hari ia terlambat sehingga sholat di saf yang kedua, ia pun merasa malu kepada jama’ah yang lain yang melihatnya sholat di shaf yang kedua. Maka tatkala itu ia sadar bahwasanya selama ini senangnya hatinya, tenangnya hatinya tatkala sholat di shaf yang pertama adalah karena pandangan manusia. (Tazkiyatun Nufus ,Ahmad farid hal 15).

Kisah Teladan

Tatkala Abu Bakar dipuji di hadapan manusia maka ia berkutbah setelah itu dan riwayat ini shahih sebagaimana diriwayatkan oleh imam Ahmad dan yang lainnya ia berkata: “Ya Allah jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka persangkakan dan ampunkanlah apa-apa yang mereka tidak ketahui”, ia mengucapkan doa ini dengan keras untuk mengingatkan manusia bahwasanya ia memiliki dosa sehingga mereka tidak berlebih-lebihan kepadanya. Apakah hal ini sebagaimana yang kita lihat pada kenyataan dimana orang yang diagungkan semakin menjadi-jadi agar diagungkan dirinya??, orang yang mengagungkan juga semakin mengagungkan orang yang diikutinya?? Ini bukanlah jalan para sahabat radhiallahu ‘anhum, Umar terkadang ujub dengan dirinya -dan dia adalah seorang khalifah, orang kedua yang dikabarkan dengan masuk surga setelah Abu Bakar-, maka ia pun memikul suatu barang di tengah pasar untuk merendahkan dirinya hingga ia tidak merasa dirinya besar.

Hukum menyembunyikan amal

Para ulama menjelaskan bahwa keutamaan menyembunyikan amalan kebajikan (karena hal ini lebih menjauhkan dari riya) itu hanya khusus bagi amalan-amalan mustahab bukan amalan-amalan yang wajib. Berkata Ibnu Hajar: ”At-Thobari dan yang lainnya telah menukil ijma’ bahwa sedekah yang wajib secara terang-terangan lebih afdhol daripada secara tersembunyi. Adapun sedekah yang mustahab maka sebaliknya.” (Al-Fath 3/365). Sebagian mereka juga mengecualikan orang-orang yang merupakan teladan bagi masyarakat, maka justru lebih afdhol bagi mereka untuk beramal terang-terangan agar bisa diikuti dengan syarat mereka aman dari riya’, dan hal ini tidaklah mungkin kecuali jika iman dan keyakinan mereka yang kuat.
Imam Al-Iz bin Abdus Salam telah menjelaskan hukum menyembunyikan amalan kebajikan secara terperinci sebagai berikut. Beliau berkata, “Keta’atan (pada Allah) ada tiga:
1.Yang pertama, adalah amalan yang disyariatkan secara dengan dinampakan seperti adzan, iqomat, bertakbir, membaca Quran dalam sholat secara jahr, khutbah-kutbah, amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan sholat jumat dan sholat secara berjamaah, merayakan hari-hari ‘ied, jihad, mengunjungi orang-orang yang sakit, mengantar jenazah, maka hal-hal seperti ini tidak mungkin disembunyikan. Jika pelaku amalan-amalan tersebut takut riya, maka hendaknya dia berusaha bersungguh-sungguh untuk menolaknya hingga dia bisa ikhlas kemudian dia bisa melaksanakannya dengan ikhlas, sehingga dengan demikian dia akan mendapatkan pahala amalannya dan juga pahala karena kesungguhannya menolak riya, karena amalan-amalan ini maslahatnya juga untuk orang lain.
2.Yang kedua, amalan yang jika diamalkan secara tersembunyi lebih afdhol dari pada jika dinampakkan. Contohnya seperti membaca qiro’ah secara perlahan tatkala sholat (yaitu sholat yang tidak disyari’atkan untuk menjahrkan qiro’ah), dan berdzikir dalam sholat secara perlahan. Maka dengan perlahan lebih baik daripada jika dijahrkan.
3.Yang ketiga, amalan yang terkadang disembunyikan dan terkadang dinampakkan seperti sedekah. Jika dia kawatir tertimpa riya’ atau dia tahu bahwasanya biasanya kalau dia nampakan amalannya dia akan riya’, maka amalan (sedekah) tersebut disembunyikan lebih baik daripada jika dinampakkan.
Adapun orang yang aman dari riya’ maka ada dua keadaannya:
1.Yang pertama, dia bukanlah termasuk orang yang diikuti, maka lebih baik dia menyembunyikan sedekahnya, karena bisa jadi dia tertimpa riya’ tatkala menampakkan sedekahnya.
2.Yang kedua, dia merupakan orang yang dicontohi, maka dia menampakan sedekahnya lebih baik karena hal itu membantu fakir miskin dan dia akan diikuti. Maka dia telah memberi manfaat kepada fakir miskin dengan sedekahnya dan dia juga menyebabkan orang-orang kaya bersedekah pada fakir miskin karena mencontohi dia, dan dia juga telah memberi manfaat pada orang-orang kaya tersebut karena mengikuti dia beramal soleh.” Qowa’idul Ahkam 1/125 (Sebagaimana dinukil oleh Sulaiman Al-Asyqor dal kitabnya Al-Ikhlash hal 128-129).
Tentunya kita lebih mengetahui diri kita, kita termasuk orang yang aman dari riya atau tidak.(DI Nukil dari Hadist web3/Penyakit Riya&Gila popularitas/Ust.Firanda)

Sebuah Nasehat
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَمَا أُمِرُوا إِلا
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus……..(Qs.al bayyinah:5)
Orang yang riya berciri tiga, yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. (HR. Ibnu Babawih).
Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, seseorang melakukan amal (kebaikan) dengan dirahasiakan dan bila diketahui orang dia juga menyukainya (merasa senang)." Rasulullah Saw berkata, "Baginya dua pahala yaitu pahala dirahasiakannya dan pahala terang-terangan." (HR. Tirmidzi)

Semoga kita semua di beri kekuatan oleh Allah dalam menjalankan Agama Islam dengan Ikhlas.Agar kelak di Akhirat nanti kita tidak termasuk orang orang yang merugi.Akhirul kalam mari kita tutup dengan Doa Abu Bakar,
“Ya Allah jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka persangkakan dan ampunkanlah apa-apa yang mereka tidak ketahui”
Wallahu A’lam Bi Showab

Minggu, 14 Februari 2010

mengobati kesedihan


وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha: 124)

Manusia hidup tidak berada dalam satu kondisi yang tetap dan tidak berubah. Ketika seseorang hidup bahagia tidak selamanya ia akan merasakan bahagia. Dan ketika ia merasakan kesedihan pun tidak akan selamanya merasakan hidup sedih. Bahagia dan sedih akan datang silih berganti menghampiri manusia. Kondisi yang seperti ini menimpa seluruh manusia, kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah.

Dan setiap manusia memiliki cara tersendiri untuk mengobati penyakit tersebut. Dan tidak jarang cara-cara tersebut hanya bisa menghilangkan kesedihan sementara, lalu setelah itu justru mendatangkan kesengsaraan yang bertambah parah. Maka kita dapatkan kebanyakan mereka menghilangkan kesedihan dengan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, merokok, mendatangi dukun, mendengarkan musik dan lain-lain yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah. Dengan cara seperti itu bukanlah ketenangan dan kelapangan hati yang mereka dapatkan tetapi justru kesempitan dan kesengsaraanlah yang mereka rasakan, karena mereka telah jauh dari tuntunan Islam. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha: 124)

Adapun kita kaum Muslimin, maka kita memiliki cara tersendiri untuk menghilangkan penyakit tersebut, tentunya dengan obat-obat yang telah diberikan oleh Allah dan RasulNya. Berbagai obat berikut ini tidak bisa dilakukan salah satu tanpa yang lain. Sebab pada prinsipnya, antara satu dengan yang lain terkait erat.

Obat yang pertama adalah mengingat Allah sebagaimana firman Allah

Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (ar-Ra’d:28)

Dengan sangat jelas Allah menunjukkan bahwa cara untuk meraih ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup adalah dengan mengingat Allah.

Kedua; Ingat Allah tentu bukan sekedar menyebut-nyebut nama-nama Allah. Ingat Allah harus diwujudkan dengan berbagai ketaatan dan peribadatan kepada Allah serta melakukan berbagai amal shaleh. Ketaatan, ibadah dan amal shaleh itu akan memberikan kekuatan batin tersendiri bagi seorang manusia sehingga ia tidak akan terlarut ke dalam kesedihan.

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (an-Nahl:97)

Di dalam ayat ini Allah memberitahukan bahwa kehidupan yang membahagiakan (hayatan thayyiba) akan bisa diraih dengan iman dan amal shalih. Logikanya, ketika seseorang melakukan tindak kebaikan kepada sesame, maka ia akan cdenderung bisa melupakan factor-faktor yang menyebabkan kegalauan di hati. Selain itu memang Allah akan memberikan balasan tersendiri akibat dari amal kebaikannya itu. Firman Allah

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (an-Nisa’:97)

Ketiga; kita meyakini bahwa kesedihan dan kesusahan yang menimpa kita, sudah ditaqdirkan oleh Allah. Sesuatu yang ditaqdirkan oleh Allah itu ada kalanya bisa kita usahakan perubahannya, dan ada kalanya tidak bisa diubah sama sekali oleh manusia. Maka ketika kita menyadari hal tersebut akan tenanglah hati kita dan lapanglah dada kita. Hanya saja memang untuk memiliki keyakinan yang kuat tentang taqdir ini perlu proses yang relative panjang. Maka sebelum datangnya kesedihan yang mendalam, kita harus senantiasa mempelajari agama dengan benar, agar ketika Allah menguji kita dengan berbagai persoalan kita sudah siap dengan sikap imani.

Keempat; Kita pun harus yakin bahwa persoalan hati kita sesungguhnya tidak ada di bawah kendali kita. Hati kita selalu bergejolak. Yang sanggup menenangkan adalah Allah swt. Karena itu obat berikutnya adalah do’a-do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam menghadapi kesedihan. Di antara do’a itu sebagaimana yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud ra. bahwasannya Nabi saw bersabda,

مَا أَصَابَ عَبْدًا هَمٌ وَلاَْ حُزْنٌ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صدَْرِي، وَجِلاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي وَغَمي إِلا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَغَمهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا

“Tidaklah seorang hamba tertimpa kesusahan dan kesedihan kemudian dia berdo’a, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hamba laki-lakiMu, dan anak hamba perempuanMu, ubun-ubunku di tanganMu, berlaku kepadaku hukumMu, adil atasku QadhaMu (keputusanMu), aku meminta kepadaMu dengan seluruh nama-namaMu (yaitu) yang Engkau namakan diri Engkau dengan nama tersebut, atau yang Engkau turunkan di kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada kepada salah satu hambaMu, supaya Engkau menjadikan al-Qur’an penyiram hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, penghilang kecemasan dan kegelisahan, kecuali Allah akan menghilangkan kesusahannya dan menggantinya dengan kesenangan.”

Do’a yang diajarkan oleh Rasulullah tersebt sesungguhnya memiliki makna yang sangat dalam. Agar efek do’a semakin terasa tentunya di dalam berdo’a dengan do’a di atas harus kita fahami makna yang terkandung di dalamnya. Sebab dengan memahami maknanya kita bisa menghadirkan hati kita di dalam berdo’a. dan menghadirkan hati ketika berdo’a merupakan salah satu syarat terkabulnya do’a seseorang. Karena Allah tidak menerima do’a seorang yang hatinya lalai, dan salah satu sebab kelalaian tersebut adalah tidak fahamnya kita dengan kandungan makna do’a tersebut.

Ibnu al-Qayim Rh menjelaskan kandungan makna do’a tersebut sebagai berikut:

Pengakuan seorang hamba bahwa dia adalah hamba Allah, seorang makhluk yang harus tunduk dan patuh terhadap semua perintah, dan ini menunjukkan bahwa dia tidak bisa lepas dari pertolongan Allah, walaupun hanya sekejap mata. Ini juga menumbuhkan keyakinan bahwa hanya Allahlah yang bisa menghilangkan kesedihannya.
Persaksian dia bahwa ubun-ubunnya, dan ubun-ubun seluruh makhluk berada di tangan Allah, oleh sebab itu dia tidak merasa takut dengan makhluk karena dia sadar bahwa dia dan makhluk lain sama kedudukannya sebagai seorang hamba, dan makhluk yang lain tidak bisa memberikan manfaat maupun menimpakan mudharat kepada dirinya.

Memulai do’anya dengan tawassul yang disyari’atkan, yaitu dengan bertawassul dengan nama-nama Allah, baik yang diketahui oleh manusia maupun yang tidak. Ini adalah dalil bahwa nama-nama Allah tidak terbatas jumlahnya, karena di antara nama-nama Allah ada nama-nama yang hanya Allah sendiri yang tahu, berarti sesuatu yang tidak bisa diketahui oleh manusia tidak mungkin bisa dihitung.

Dalam do’a ini terkandung permintaan seorang hamba supaya Allah Ta’ala menjadikan al-Qur’an sebagai “Rabi’” bagi hatinya. Rabi’ adalah air hujan, maka Nabi menyerupakan menyerupakan al-Qur’an dengan air hujan, karena sebagaimana air hujan menumbuhkan bumi, maka al-Qur’an pun menghidupkan hati. Dan apabila hati kita hidup, maka hiduplah seluruh anggota badan kita.

Kemudian permintaan hamba supaya al-Qur’an dijadikan cahaya bagi dadanya, karena dada yang bercahaya dan hati yang hidup adalah sumber kelapangan dan kebahagiaan seseorang.

Permintaan seorang hamba supaya Allah menjadikan al-Qur’an penghilang kesedihannya, karena kalau kesedihan dihilangkan dengan al-Qur’an, maka kesedihan tersebut tidak akan kembali. Berbeda halnya apabila dihilangkan dengan selainnya seperti harta, anak, istri, jabatan atau apapun selainnya, maka kesedihan akan kembali ketika obat-obat selain al-Qur’an itu pergi.

Dianjurkan bagi yang mendengar hadits ini untuk mengamalkannya sebagaimana perintah Nabi kepada para sahabatnya pada hadits di atas.

Maka kesimpulannya, kesedihan dan kesempitan hati tidak akan bisa dihilangkan kecuali dengan tauhid/ pemahaman yang benar tentang Allah, dan dengan al-Qur’an yaitu dengan menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi hidup kita, yang senantiasa kita pahami serta kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Itulah obat yang dicontohkan oleh Nabi untuk menghilangkan kesedihan dan kesusahan dan ini menunjukkan betapa sempurnanya agama kita. Tidaklah ada satu kebaikan pun kecuali kita sudah dijelaskan dan tidaklah ada satu keburukan pun kecuali kita sudah diperingatkan untuk menjauhinya.

Kemudian kita juga diharuskan untuk menjauhi sebab-sebab munculnya kesedihan dan kesempitan hati yaitu dengan menjauhi sikap berpaling dari al-Qur’an sebagaimana firman Allah,

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha: 124)(Abahzacky@wordpress)

Sabtu, 13 Februari 2010

antara i'tiba dan taklid



Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (al-Isra’:36)
Salah satu karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia adalah karunia akal. Dengan menggunakan akal ini manusia bisa mengenali kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Dengan menggunakan akal pula manusia memaham kebenaran dan kekeliruan.

Namun akal bukanlah karunia tertinggi yang diberikan oleh Allah. Di atas karunia akal ini ada karunia yang lebih besar lagi, yaitu karunia wahyu. Memang wahyu tidak diturunkan kepada setiap manusia. Wahyu hanya diturunkan kepada Nabi dan Rasul saja, tetapi mereka berkewajiban menyampaikan wahyu tersebut kepada segenap manusia. Sedangkan manusia yang lainnya berkewajiban mengimani rasul dan wahyu yang diturunkan kepada mereka.
Wahyu adalah nikmat tertinggi sebab wahyu terbebas dari kekeliruan. Sedangkan akal tak jarang mengalami berbagai kesalahan dan kekeliruan, karena keterbatasannya. Inilah sebabnya setiap manusia harus mempercayai dan mengimani wahyu yang turun kepada nabi.
Memang wahyu yang diturunkan oleh Allah sering kali tidak menjelaskan persoalan yang operasional. Demikianlah wahyu diturunkan agar up to date, ia emberikan pengarahan secara umum dan global. Mislanya dalam berpakaian, wahyu hanya menjelaskan kewajiban menutup aurat. Adapun mode dan lain-lainnya dikembalikan kepada manusia.
Di sinilah akal manusia berperan dalam memahami pesan di dalam wahyu. Wahyu sebagai salah satu sumber ilmu harus difahami baik-baik. Dan berdasarkan kepada makna umum di dalam wahyu, akal bisa memerincikannya berdasarkan kepada kebutuhan operasional yang dapat diamatinya dari kenyataan harian di dalam kehdiupannya.
Allah swt melarang manusia melakukan suatu tindakan tanpa dasar pengetahuan. Pengetahuan tersebut bisa pengetahuan wahyu, bisa juga pengetahuan realitas. Orang yang mengabaikan pengetahuan wahyu akan tersesat di akhirat, sedangkan orang yang mengabikan pengeahuan realitas bisa celaka di dunia. Sebagai ilustrasi, seseorang diserahi untuk membersihkan komputer, jika kemudian cara membersihkannya itu dengan dicuci sebagaimana mencuci pakaian, maka tentu akan mengalami kerusakan yang fatal. Ini sekedar contoh tindakan yang tidak didasari pengetahuan akan mengakibatkan kehancuran.
Yang lebih penting dari ini, adalah kewajiban menyukuri nikmat agama dengan ilmu. Menyukuri nikmat agama dilakukan dengan memegangi dan menjalankan konsekuensi beragama. Tetapi hal itu tidak cukup hanya dengan kebiasaan-kebiasaan tanpa pengetahuan. Dalam menjalankan ajaran agama, manusia akan bisa mekukannya dengan baik apabila dia memiliki pengetahuan agama. Jika tidak mengetahui, bisa jadi bukan ajaran agama tetapi dia aku sebagai ajaran agama.
Mengikuti agama yang tidak dilandasi dengan pengetahuan dinamakan dengan taqlid. Para ulama mendefinisikan taqlid dengan, ”Mengikuti perkataan orang lain tanpa mengetahui dasar .”
Celaan Terhadap Taqlid
Allah swt telah mencela kebiasaan taqlid dalam Kitab-Nya, di antaranya melalui firmanNya.
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb selain Allah” [AtTaubah :31]
Ketika Adi bin Hatim ra mendengar Rasulullah saw membaca ayat ini maka dia mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami dulu tidak menjadikan mereka sebagai rabb rabb.” Rasulullah saw bersabda, “Ya, Bukankah jika mereka halalkan kepada kalian apa yang diharamkan atas kalian maka kalian juga menghalalkannya, dan jika mereka haramkan apa yang dihalalkan atas kalian maka kalian juga mengharamkannya?” Adi ra berkata, “Ya.” Rasulullah saw bersabda, “ltulah peribadatan kepada mereka” [HR at-Tirmidzi]
Hadits Adi bin hatim menunjukkan bahwa bertaqlid kepada seseorang sama dengan menuhankan orang tersebut. Selain itu Allah swt berfirman.
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Rasul itu) berkata: ‘Apakah (kamu akan mengikutinyajuga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya” [Az-Zukhruf : 23-24]
lbnu Abdil Barr rh berkata, “Karena mereka taqlid kepada bapak-bapak mereka maka mereka tidak mau mengikuti petunjuk para Rasul”
Allah menyifati orang-orang yang taqlid dengan firman-Nya.
“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-arang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun” [Al-Anfal : 22]
“ Ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dan orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali” [Al-Baqarah : 166]
Ayat-ayat tersebut menerangkan betapa bahanya mengikuti orang tanpa mengetahui dasarnya. Apabila yang diikuti itu ternyata dalam masalah kemungkaran, maka ia akan berakibat pada kerugiaan di akhirat.
Sikap Para Imam terhadap Taqlid
Para imam ahli fiqh dan ahli ilmu sangat memahami celaan Allah ini. Mereka pun khawatir kalau umat islam yang mengikutinya menjadikannya sebagai tuhan-tuhan baru selain dari Allah, sebagaimana kaum Ahli kitab telah menjadikan pendeta mereka sebagai tuhan selain Allah. Karena itu mereka melarang umat islam untuk taqlid kepadanya, dan menganjurkan untuk beritiba’; marilah kita perhatikan perkataan mereka dalam masalah ini
Al-Imam Abu Hanifah berkata, “Tidak halal atas seorangpun mengambil perkataan kami selama dia tidak tahu dari mana kami mengambilnya” Dalam riwayat lain beliau berkata, “Orang yang tidak tahu dalilku, haram atasnya berfatwa dengan perkataanku”
Al-Imam Malik berkata : “Sesungguhnya aku adalah manusia yang bisa benar dan keliru. Lihatlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah maka ambillah, dan setiap yang tidak sesual dengan Kitab dan Sunnah maka tinggalkanlah”.
Al-Imam Asy-Syafi’i berkata, “Jika kalian menjumpai sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , ittiba’lah kepadanya, janganlah kalian menoleh kepada perkataan siapapun”
Beliau juga berkata, “Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits shahih yang menyelisihinya, maka hadits Nabi , lebih utama untuk diikuti. Janganlah kalian taqlid kepadaku”.
Al-Imam Ahmad berkata, “Janganlah.engkau taqlid dalam agamamu kepada seorangpun dari mereka, apa yang datang dari Nabi dan para sahabatnya ambillah” Beliau juga berkata, “Ittiba’ adalah jika seseorang mengikuti apa yang datang dari Nabi saw dan para sahabatnya”
Tidak Adakah Ruang untuk Taqlid
Memang larangan taqlid ini sesungguhnya tidak mutlak. Secara jujur harus dikemukakan bahwa ada taqlid yang haram dan ada taqlid yang boleh (mubah) Taqlid yang diharamkan oleh syar’i terbagi menjadi tiga jenis:
[a]. Taqlid kepada perkataan nenek moyang sehingga berpaling dari apa yang diturunkan Allah.
[b]. Taqlid kepada orang yang tidak diketahui bahwa dia pantas diambil perkataannya.
[c]. Taqlid kepada perkataan seseorang setelah tegak argumen dan dalil yang
menyelisihi perkataannya.
Allah swt telah mencela tiga macam taqlid ini di dalam ayat-ayat yang banyak sekali dalam Kitab-Nya sebagaimana telah kita sebutkan pada uraian di atas.
Adapun taqlid yang dibolehkan, adalah taqlid dalam keadaan darurat, karena seseorang tidak memiliki pengetahuan dan tida cukup waktu untuk menguasai pengetahuaannya, maka ia boleh mengikuti orang yang shalih, berdasarkan firman Allah
Maka bertanyalah kepada ahlu dzikri (orang yang mengetahui) jika kalian tidak mengetahui (an-Nahl:43)
Ahludz dzikr adalah ahlul ilmi, yaitu orang yang menguasai ilmu al-Qur’an dan hadits. Ayat itu bisa juga difahami, agar seseorang menanyakan persoalan kepada orang yang memahami ilmu al-Qur’an dan hadits, tidak sekedar suka taqlid dan ikut-ikutan.
Meskipun ada ulama’ yang membolehkan dalam keadaan darurat, tidak semestinya kita mencukupkan diri dengan bertaqlid selama kita masih memiliki waktu untuk memahami ilmunya. Karena itu, ketika menanyakan sesuatu persoalan kepada ahludz-dzikr, semestinya juga kita menanyakan dasar pendapatnya agar kita bisa berittiba’, bukan bertaqlid.
Mengikuti Manhaj bukan Taqlid
Ada segolongan kaum muslimin, karena mati-matian membela kebolehan taqlid, bahkan kewajiban taqlid, lalu mereka mengatakan bahwa kalaupun tidak mengikuti pendapat ulama’ secara langsung, tetapi toh dalam memahami ayat al-Qur’an dan hadits juga taqlid kepada ulama’. Dikatakan demikian, karena banyak cara memahami ayat atau hadits, maka dengan mengikuti cara memahaminya lalu mereka sebut sebagai taqlid. Demikian juga dalam menentukan hadis shahih atau dla’if juga taqlid kepada ulama’ sebelumnya.
Metode memahami dalil antara satu imam dengan imam lain memang berbeda. Tetapi mengikuti satu metode dari salah satu imam, dengan memahami dalil pengambilan kesimpulan bukanlah taqlid. Itulah ittiba’. Para ulama’ menjelaskan arti ittiba’, yaitu; mengikuti pendapat orang lain dengan memahami dasar pengambilan pendapat itu, baik dari ayat al-Qur’an maupun hadits nabi saw.
Justru dari sini nampaklah kebatilan pemahaman orang yang menjadikan taqlid sebagai ittiba’, mengaburkannya dan mencampuradukkan antara keduanya, bahkan taqlid menyelisihi ittiba’. Alloh dan Rasul-Nya telah memilahkan antara keduanya demikian juga para ulama(abah_zacky@wordpress)